Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Banyak hal yang bisa memicu stres muncul seperti rasa khawatir, perasaan kesal,
kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan,
Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung,
berduka cita dan juga rasa takut. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan
mengadakan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat total.
Neurosis
Neurosis,
sering
disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada
ketidak seimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak seperti
psikosis
atau kelainan kepribadian, neurosis tidak mempengaruhi pemikiran
rasional.
Konsep neurosis berhubungan dengan bidang psikoanalisis, suatu aliran
pemikiran
dalam psikologi atau psikiatri.
Psikosis
Psikosis merupakan
gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai
realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang
psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang
berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan
gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam kriteria diagnostik
DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10
(The International Statistical Classification of Diseases) atau menggunakan
kriteria diagnostik PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa).
Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti
waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk di
antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai
realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai
suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya
nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Syndrom
Sindrom, dalam ilmu
kedokteran dan psikologi, adalah kumpulan dari beberapa ciri-ciri klinis,
tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering muncul bersamaan.
Kumpulan ini dapat meyakinkan dokter dalam menegakkan diagnosa.
Istilah sindrom dapat
digunakan hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala, bukan
diagnosa. Namun terkadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit, seperti
Sindrom Down.
Kata sindrom berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “berlari bersama”, seperti yang terjadi pada
kumpulan tanda tersebut. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kumpulan
tanda klinik yang masih belum diketahui penyebab. Banyak sindrom yang dinamakan
sesuai dengan dokter yang dianggap menemukan tanda-tanda itu pertama kali.
Selain itu dapat juga diambil dari nama lokasi, sejarah, dan lainnya.
Sindrom dan keadaan terkait
Pyromania
Pyromania adalah
sejenis mania di mana muncul dorongan kuat untuk sengaja menyulut api untuk
meredakan ketegangan dan biasanya menimbulkan perasaan lega atau puas setelah
melakukannya. Penderita pyromania (atau biasa disebut pyromaniak) berbeda
dengan para pembakar gedung (arson), pyromaniak juga berbeda dengan mereka yang
menyulut api akibat psikosis, demi kepentingan pribadi, moneter, maupun
politik, atau sebagai tindakan balas dendam. Pyromaniak menyulut api demi
merangsang euforia, dan sering kali tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan
pengendalian api, seperti pemadam kebakaran.
Simtoma
Simtoma atau simtom
dalam penyakit adalah cara untuk melakukan pengindikasian keberadaan sesuatu
penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan dengan melalui gejala,
tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit yang dapat dirasakan seperti perasaan mual
atau pusing, akan tetapi dalam hal ini tidak termasuk didalam pengertian karena
halusinasi atau delusi, cara melakukan pengindikasian ini bertumpuk pada diri
pelaku, bukan hasil dari pengamatan yang dilakukan berdasarkan pemeriksaan
kedokteran.
Penggunaan lain
simtoma juga terdapat dalam politik dimana artinya adalah melihat sebagai akar
dari sesuatu permasalahan.
Psikopat secara
harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa
dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai
sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang
terdekatnya.
Psikopat tak sama
dengan Gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya
atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati,
pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut
penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap
ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada
yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar
disembuhkan.
Seorang ahli
psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia,
Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat
sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat
kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk
mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Dalam kasus kriminal,
psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini
hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang
berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik
luar biasa dan menyenangkan.
Psikopat memiliki 20
ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak membuat orang-orang mudah
mengecap seseorang psikopat karena diagnosis gejala ini membutuhkan pelatihan
ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian formal, lagipula dibutuhkan
wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan lainnya. Mengecap seseorang dengan
psikopat dengan sembarangan beresiko buruk, dan setidaknya membuat nama
seseorang itu menjadi jelek.
Lima tahap mendiagnosis Psikopat
1. Mencocokan
kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan
ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien,
pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu.
2. Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian.
3. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
4. Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
5. Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.
2. Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian.
3. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
4. Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
5. Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.
Gejala-gejala Psikopat
1. Sering berbohong,
fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara
khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri,
kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali
pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong
mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan
mengolahnya seakan-akan itu fakta.
2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
4. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
5. Sikap antisosial di usia dewasa.
6. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar — bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah “dingin”.
11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
4. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
5. Sikap antisosial di usia dewasa.
6. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar — bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah “dingin”.
11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
Skizofrenia
Skizofrenia merupakan
penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah
satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan
ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari
hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang
salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Pada pasien
penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang
merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida
cerebrospinal.
Skizofrenia bisa
mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995
menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita
skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi
penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap
sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan
intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama
ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap
upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia
sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Gejala
Indikator premorbid
(pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang
mengekspresikan emosi : wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan
komunikasi : pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang
(tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi : penderita
tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan
perilaku : menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa
menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak
disiplin.
Gejala-gejala Skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
1. Gejala-gejala
Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
2. Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
2. Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi dan
anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang
lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan
gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan
perilaku dan gangguan stres post-traumatik. Oleh sebab itu diagnosa penyakit
psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat
berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu
diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi
skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan,
menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi
dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu
menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri
aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang
berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran
obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci
dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan
inkoheren.
Tidak semua orang
yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak
faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor
lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja
menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu
mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau
amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Penderita skizofrenia
memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang
berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu
mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam
menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik
yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.
Kesabaran dan perhatian
yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu
mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu
matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful
Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap
berprestasi.
Kleptomania
Kleptomania (bahasa
Yunani: κλέπτειν, kleptein, “mencuri”, μανία, “mania”) adalah penyakit jiwa
yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Benda-benda
yang dicuri oleh penderita kleptomania umumnya adalah barang-barang yang tidak
berharga, seperti mencuri gula, permen, sisir, atau barang-barang lainnya. Sang
penderita biasanya merasakan rasa tegang subjektif sebelum mencuri dan
merasakan kelegaan atau kenikmatan setelah mereka melakukan tindakan mencuri
tersebut. Tindakan ini harus dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang
biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan telah direncanakan sebelumnya.
Depresi
Penyakit ini umum
muncul pada masa puber dan ada sampai dewasa. Pada beberapa kasus, kleptomania
diderita seumur hidup. Penderita juga mungkin memiliki kelainan jiwa lainnya,
seperti kelainan emosi, Bulimia Nervosa, paranoid, schizoid atau borderline
personality disorder.Kleptomania dapat muncul setelah terjadi cedera otak
traumatik dan keracunan karbon monoksida.
Depresi adalah suatu
kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang
sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu
disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah
perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa,
hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi
merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri.
Penyebab suatu
kondisi depresi meliputi :
* Faktor
organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama
serotonin
* Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
* Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
* Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
* Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
Menurut Diagnostic
and Statistical Manual IV – Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric
Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau
lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan
perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala
harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati
sesuatu.
1. Keadaan emosi
depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang
ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan
orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
2. Kehilangan minat
atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar
waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat
badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan
secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan
sebelumnya dalam satu bulan)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau
kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan
hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
6. Perasaan lelah
atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak
berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa
merupakan delusi) hampir setiap hari
8. Berkurangnya
kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan,
hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
9. Berulang-kali
muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul
pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri
Gejala-gejala
tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan
sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area
penting dalam kehidupan seseorang.
Cara menanggulangi
depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan
gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari
orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam
penyembuhan.
----------------------------------------------------
Kalaupun anda sedang dilanda Permasalahan tersebut dan
Bermasalah (Pusing, Bingung, Stres, Cemas, Takut, Was-was,
Gelisah, Galau, Emosi Tinggi, Mudah Marah, Sensitif, Sedih, dll).
Maka
segeralah Konsultasikan Masalah tersebut agar jangan sampai Bertambah Parah
bahkan Kronis yang tentunya sangat Tidak di Harapkan dan dapat Menghancurkan
Masa Depan serta Kehidupan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar